Penayangan

Selasa, 22 September 2015

review buku Metodologi Ilmu Rijalil Hadis karya Prof.Dr. Suryadi M.Ag. Oleh ASEP SAEFUL ANWAR 14530061

REVIEW BUKU
METODOLOGI ILMU RIJALIL HADIS Karya Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
Disusun Guna Mamenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Rijalil Hadis
Dosen Pengampu: Ali Imran
Description: E:\Δ Smad-Lock Δ\Pictures\Wallpaper\logo-uin-suka-baru-warna.jpg
 













Disusun oleh:
Asep Saeful Anwar (14530061)

JURUSAN ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
RIVEW BUKU
A.      IDENTITAS BUKU
Judul Buku    : Metodologi Ilmu Rijalil Hadis
Penulis            : Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
ISBN               : 977-9555-86-8
Penerbit          : TH-Press
Editor /Penyelaras Kata       : Dr. Nurun Najwah, M.Ag.
Desain cover   : Al-Gendon
Tahun terbit   : 2012
Tebal buku     : 136 Halaman

B.     RINGKASAN ISI BUKU
BAB I
SEKITAR ILMU RIJALIL HADIS
1.      Sekitar Bahasan Ilmu Rijalil Hadis
Kodifikasi hadis secara resmi dirintis pada masa khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (w.110 H/720 M) melalui usaha keras ulama Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (w. 124 H/ 742 M). Pentingnya problem orisinalitas hadis telah memotivasi para ulama hadis untuk melahirkan ilmu yang berkaitan dengan sanad, yakni Ilmu Rijalil Hadis dan ilmu ‘Ilalil Hadis.
Ilmu Rijalil Hadis secara spesifik mengelupas keberadaan para rijal hadis. Ilmu Rijalil Hadis memiliki dua anak cabang, yakni Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil.
Di antara kitab-kitab Rijalil Hadis yang sampai kepada kita, ada yang membahas secara khusus hanya memuat rawi-rawi dalam kitab hadis tertentu, seperti Rijaluhu Shahih Muslim karya Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali al-Asfahani (w. 428 H) dll. Ada yang secara khusus memuat rawi Kutub as-Sittah, seperti Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi dll. Ada pula yang khusus membahas rawi yang tsiqah, seperti Kitab ats-Tsiqqat karya al-‘Ijli dll. Dan ada pula yang secara spesifik memuat para rawi yang lemah atau masih diperselisihkan dan diperbincangkan kualitasnya, seperti Kitab adl-Dlu’afa’ karya al-‘Uqaili dll.
Dalam hal ini, ada perbedaan urutan kitab-kitab Rijalil Hadis. Ada yang disusun berdasarkan urutan periode semisal Thabaqt al-Kubra karya Ibn Sa’ad dan Tadzkirah al-Huffadh karya adz-Dzahabi, namun mayoritas kitab-kitab Rijalil Hadis disusun berdasarkan kitab mu’jam atau urutan alfabetis.
2.      Urgensi Dan Problematika Ilmu Rijal Hadis
Secara eksplisit, kritik hadis selalu diarahkan pada kritik sanad dan kritik matan. Pada kritik sanad, kajian difokuskan pada kualitas para perawi dan metode periwayatan yang digunakan. Terorientasinya Ilmu Rijalil Hadis menjadikan kajian historis menjadi sangat penting bagi ilmu ini.  Sebagai produk historisitas yang terkait spatio-temporal tertentu, Ilmu Rijalil Hadis yang menjadikan manusia sebagai subyek dan sekaligus obyeknya harus dapat memaparkan bahasan dan temuannya dalam skala intersubyektif.
Dengan menjadikan kitab-kitab Rijalil Hadis sebagai acuan, memunculkan banyak persoalan. Mungkinkah seorang ahli hadis dapat memahami secara menyeluruh terhadap puluhan ribu rawi. Persoalan yang lain adalah perbedaan metode yang digunakan para perawi dalam menulis karyanya. Ada yang disusun berdasarkan abjab, ada yang berdasarkan thabaqah, dan ada yang didasarkan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kondisi ini menyulitkan pengkaji ‘Ulumul Hadis, karena harus merujuk sebanyak mungkin kitab-kitab dengan berbagai metodenya untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin.
Sebenarnya, diskursus yang lebih penting adalah lebih pada realitas keberadaan kritikus bagaimana kondisi sosiokulturalnya, adakah persoalan pribadi antara kritikus dan perawi, apa spesialisasi kritikus, atas dasar parameter apa kritikus melakukan aktivitas penilaian, metode apa yang digunakan kritikus dalam mengumpulkan data dan menilai para perawi serta dapat tidaknya penilaian kritikus diterima secara akademis terhadap rawi yang dikritiknya. Problematika inilah yang seharusnya terkuak dalam kajian Ilmu Rijalil Hadis.


                                                                                                                                               
BAB II
ILMU TARIKH AR-RUWAH
1.        Pengertian
Secara etimologis, Tarikh ar-Ruwah berasal dari dua kata yaitu tarikh (sejarah) dan ar-ruwah jama’ dari ar-rawi (perawi). Sedangkan secara terminologis, Ilmu Tarikh ar-Ruwah adalah ilmu yang membahas rawi-rawi hadis, dari aspek yang berkaitan dengan periwayatan mereka terhadap hadis. Ilmu ini memfokuskan diri mengkaji sejarah perjalanan hidup rawi yang terkait dalam perlawatan dan periwayatan hadis. Yang menjadi fokus kajian Ilmu Tarikh ar-Rijal adalah semua rawi baik dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in sampai mukharrij hadis.  
2.        Sejarah Perkembangan Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Sejarah pertumbuhan Ilmu Tarikh ar-Ruwah seiring dan sejalan dengan sejarah pertumbuhan dan perkembangan periwayatan hadis. Ulama hadis mengkhususkan diri dan meluangkan waktu untuk berlanglang buana dalam keterkaitannya dengan input sekitar rawi, umur, kediaman, pendengaran hadis dari para gurunya, perlawatannya rawi ke berbagai tempat, kecenderungan madzhab rawi, dan kredibilitas para rawi. Tarikh merupakan salah satu sarana untuk menolak dan melawan segala bentuk kedustaan atas Nabi SAW.
Tarikh ar-Ruwah berbeda dengan buku biografi. Buku biografi mencatat sejarah perjalanan seseorang dari masa kecil sampai akhir waktu biografi tersebut ditulis. Mencatat secara rinci dan memotret perkembangan fisik dan perkembangan pemikiran dan sebagainya. Sedangkan tarikh ar-ruwah, lebih memfokuskan potret rawi sekitar keberadaannya dalam meriwayatkan hadis.
3.        Kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah
a.         Kitab-kitab Tarikh Sahabat
Lebih dari tiga puluh kitab yang telah dikarang oleh para ulama untuk menerangkan secara spesifik rawi-rawi dari kalangan sahabat. Diantaranya adalah kitab Ma’rifah man Nazala min ash-Shahabah Sair al-Buldan karya Abu al-Hasan Ali Ibnu ‘Abdullah al-Madini (w. 234 H). Kitab ini terdiri dari lima juz.
b.         Kitab-Kitab Tarikh Rawi Secara Umum
Sekitar sembilan puluh buah kitab yang dikarang ulama dalam bidang ini. Ada yang dikarang denagan sistem tarikh, seperti Tarikh ar-Ruwah karya Yahya Ibnu Ma’in (w. 233 H). Dan ada juga yang ditulis dengan sistem thabaqah, seperti Ath-Thabaqah al-Kubra karya Muhammad Ibn Sa’ad Ibn al-Mani’ (w. 230 H). Terdiri dari tiga belas jilid.
c.         Ditulis berdasar Nama-nama, Kunyah-kunyah, Laqab-laqab, dan Nasab-nasab.
Sekitar tiga puluh buah kitab yang dikarang ulama tentang nama-nama, kunyah-kunyah, laqab-laqab, dan nasab-nasab. Tentang nama-nama, kunyah-kunyah, laqab-laqab di antaranya adalah Al-Asami wa al-Kuna karya ‘Ali Ibn ‘Abdillah Ibn Ja’far al-Madini (w. 234 H). Terdiri dari delapan juz. Dan tentang nasab-nasab, di antaranya adalah Ma Ittafaqa min Asma’ al-Muhadditsin wa Ansabuhum Ghaira Anna fi Ba’dlihi Ziyadah Harf Wahid karya Abu Bakr Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Tsabit al-Baghdadi (w. 463 H).

BAB III
ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL
1.        Pengertian
Menurut Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil adalah ilmu yang membahas keadaan para rawi hadis dari segi diterima tau ditolaknya periwayatan mereka.
2.        Sejarah Perkembangan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil
Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil tumbuh dan berkembang bersamaan dengan periwayatan hadis, yakni semenjak masa rasulullah dan para sahabatnya. Ulama-ulama yang sesudahnyalah yang melanjutkan uswah dan tradisi semacam itu.
3.        Kaedah-kaedah dan Tingkatan-tingkatan Lafadh al-Jarh wa at-Ta’dil
a.    Kaedah-kaedah al-Jarh wa at-Ta’dil
1)   Penilaian ta’dil didahulukan atas penilaian jarh.
2)   Penilaian jarh didahulukan atas penilaian ta’dil.
3)   Apabila terjadi pertentangan antara kritikus yang memuji dan mencela, maka dimenangkan kritikus yang memuji, kecuali jika kritik yang mencela disertai dengan alasan.
4)   Apabila kritikus yang mencela itu lemah, maka tidak diterima penilaian jarh-nya terhadap orang yang tsiqah.
5)   Penilaian jarh tidak diterima karena danya kesamaran rawi yang dicela, kecuali setelah ada kepastian.
6)   Penilaian jarh yang muncul karena permusuhan dalam masalah duniawi tidak perlu diperhitungkan.
b.    Tingkatan-tingkatan lafadh al-Jarh wa at-Ta’dil
Dalam menentukan kapasitas potensi dan kualitas rawi dengan jarh dan ta’dil, banyak lafadh yang digunakan para kritikus. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah tingkatan al-Jarh wa at-Ta’dil di kalangan ulama hadis. Konsekuensinya adalah:
1)   Adanya satu lafadh yang sama dimasukkan dalam peringkat yang sama oleh beberapa ulama kritikus.
2)   Ada lafadh yang sama yang dikategorikan dalam tingkat yang berbeda oleh para ulama hadis.
3)   Ada beberapa lafadh yang tidak dipergunakan oleh ulama kritikus tertentu.
4.        Ktab-kitab al-Jarh wa at-Ta’dil
a.    Berdasar Thabaqah
Kitab thabaqah merupakan kitab yang secara spesifik memuat para rawi yang memiliki kesamaan dalam setiap tingkatannya.
1)   Ath-Thabaqah al-Kubra karya Abu ‘Abdullah Muhammad bin Sa’ad Katib al-Waqidi (w. 230 H). kitab ini menghimpun para rawi dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang setelahnya sampai pada masa beliau sendiri.
2)   Tadzkirah al-Huffadh karya Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman adz-Dzahabi (w. 748 H). kitab ini memuat catatan nama para penilai keadilan perawi hadis dan orang-orang yang mereka nilai tsiqah, ataupun dla’if.
b.    Berdasarkan Rawi Secara Umum
1)   Kitab at-Tarikh al-Kabir karya al-Bukhari. Kitab ini memuat 12.305 rawi.
2)   Kitab al-Jarhu wa at-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim ar-Razi yang terdiri dari delapan jilid.
c.    Berdasarkan Rawi dalam Kitab Hadis Tertentu
1)   Al-Hidayah wa al-Irsyad Fi Ma’rifah Ahli Tsiqah wa Saddad karya Abu Nashr Ahmad bin Muhammad al-Kalabadzi (w. 309 H).
2)   Rijalu Shahihi Muslim karya Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali al-Asfahani atau dikenal dengan Ibnu Manjuyah (w. 428 H).
3)   Al-Jam’u baina Rijal ash-Shahihaini karya Abu al-Fadl Muhammad bin Thahir al-Muqaddasi yang terkenal dengan Ibnu al-Qirani (w. 507 H).
4)   At-Ta’rif bi ar-Rijal al-Muwaththa’ karya Muhammad bin Yahya al-Hadda’ at-Tamimi (w. 416 H).
5)   Al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal karya al-Hafidh ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi al-Jama’ili al-Hanbali (w. 600 H).
6)   Tahdzib  al-Kamal karya al-Hafidh Abu al-Hajjaj Yusuf bin az-Zaki al-Mizzi (w. 742 H).
7)   Ikmalu Tahdzib al-Kamal karya al-Hfidh ‘Alaudin Muglathaya (w. 762 H).
d.   Berdasar Kualitas Rawi
1)   Rawi-rawi Tsiqah
a)    Kitab ats-Tsiqat karya Abu al-Hasan Ahman bin ‘Abdullah bin Shalih al-‘Ijli (w. 261 H).
b)   Kitab ats-Tsiqat karya Muhammad bin Ahmad bin Hibban al-Busti (w. 354 H).
c)    Tarikh Asma’ ats-Tsiqat min man Nuqila ‘anhum al-‘Ilmu karya ‘Umar bin Ahmad bin Syahin (w. 385 H).
2)   Rawi-rawi dla’if
a)    Adl-Dlu’afa al-Kabir karya al-Bukhari.
b)   Adl-Dlu’afa ash-Shaghir karya al-Bukhari.
c)    Adl-Dlu’afa wa al-matrukun karya an-Nasa’i.


BAB IV
KAJIAN METODOLOGIS ILMU RIJALIL HADIS

1.        Metodologi Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil
Dalam aktivitas Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil para ulama hadis tidak menyebutkan dengan tegas metode yang mereka pergunakan untuk mengumpulkan data dan menentukan kapasitas dan kualitasnya, meskipun obyek dan arah penilaiannya jelas, yaitu rawi; dari segi biografi, kualitas pribadi dan kapasitas keilmuanya. Oleh sebab itu, maka penentu formulasi metode didasarkan atas produk aktivitas mereka dalam mengumpulkan data rawi serta men-jarh dan men-ta’dil-nya.
Menurut Prof. Dr. Suryadi, M.Ag, metode dalam Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil yang digunakan oeh ulama hadis adalah metode komparasi.
Beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan keberadaan para ahli hadis dengan metodenya dalam kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil adalah :
a.    Terlalu banyaknya rawi yang dikritik.
b.    Dalam men-jarh dan men-ta’dil, kritikus tidak mengkhususkan diri pada penilaian orang yang semasa.
c.    Minimnya informasi dalam kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil menyulitkan pengkaji hadis memverivikasi mana rawi yang dinilai kritikus disandarkan pada kritikus lainnya, rawi mana yang dia nilai sendiri, karena banyak nama serupa untuk waktu dan kurun yang berbeda.
2.        Analisis Metodologis Ilmu Tarikh ar-Ruwah
a.    Al-Bukhari dan Kitab at-Tarikh al-Kabir
Nama lengkap al-Bukhari adalah Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim al-Ja’fi al-Bukhari (194-256 H). untuk mencari hadis beliau berlalang buana ke Mesir, Iraq, Khurasan, dan Syam. Al-Bukhari berguru kepada lebih dari 1000 orang guru hadis dan mendengar lebih dari 100.000 hadis.
Kitab at-Tarikh al-Kabir memuat 12.305 biografi rawi yang telah dicetak dan memakai nomor urut yang disusun dengan urutan mu’jam dengan memperlihatkan urutan pertama dari nama perawi dan nana bapaknya.
b.    Metode at-Tarikh al-Kabir
Al-Bukhari ketika menulis biografi rawi pada umumnya berupa nama lengkap rawi serta silsilah rawi yang terkait dengannya dan terkadang ditambahi dengan penilaian kualitas rawi yang bersangkutan.
c.    Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah
Nama lengkap Syihab ad-Din Abi Fdl Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani. Dilahirkan di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat 856 H.
Kitab al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah  memuat 12.267 biografi rawi dari kalangan sahabat dan merupakan hasil penyempurnaan dari kitab tarikh sahabat sebelumnya.
d.    Metode al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah
1)   Dibandingkan al-Bukhari muatan informasi yang diberikan dalam kitab al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah relatif sama, yaknin dari aspek nama dan silsilah periwayatan.
2)   Dari segi informasi tentang biografi rawi, kitab ini kurang memberikan informasi yang berkaitan dengan riwayat gghidup rawi.
3)   Tidak ada penjelasan secara menyeluruh perbedaan kualitas antara satu sahabat dengan sahabat yang lain.

3.        Analisis metodologis Ilmu al-jarh wa at-Ta’dil   
Secara ontologis para kritikus menempatkan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil sebagai ilmu dengan bersikap kritis terhadap rawi perawi. Dalam kajian Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil sikap kritis kritikus sangat terbuka lebar, seandainya para kritikus mau konsisten tehadap ketentuan-ketentuan dan standarisasi yang mereka buat sebelumnya. Menurut Prof. Dr. Suryadi, M.Ag bahwa yang mendominasi wilayah ilmu-ilmu ke-islam-an ter masuk Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil adalah epistemologi Bayani (dialektis) yang terkait pada teks. Karena Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil ada pada dataran ilmu empiris manusia, maka sudah selayaknya aktivitas keilmuan para kritikusnya harus didasarkan pada kaedah keilmuan.


BAB V
APLIKASI PENELITIAN RIJAL HADIS

Bab ini mengemukakan beberapa contoh penelitian terhadap rijal hadis, tetapi penulis hanya akan mengemukakan satu contoh saja dari dua tokoh yang dikemukakan dalam buku ini, yaitu Muhammad bin Yazid dan Musa bin Tsarwan. Penelitian diarahkan untuk mengenali nama lengkap, laqab, kunyah, lahir, wafat/kurun hidup, guru-guru dan murid-muridnya, sejarah perlawatan mencari hadis, madzhab yang dianut, penialian ulama, informasi lain-lain, catatan khusus.
1.        Muhammad bin Yazid
Sumber : Abu Abdillah Isma’il bin Ibrahim al-Ju’fi al-Bukhari, Kitab al-Tarikh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986 M/1407 H), jilid I, hlm. 259-260.
Data :
Nama lengkap : Muhammad bin Yzid bin Sinan
Laqab/kunyah : al-Jazari
Lahir/wafat/kurun hidup :
Guru-gurunya     :
Murid-muridnya :
Sejarah perlawatan mencari hadis :
Madzhab            :
Penilaian ulama  :
Informasi lain     :
Catatan peneliti   : bukhari hanya memberikan sebatas informasi nama saja. Namun ada sedikit tambahan yaitu bahwa Muhammad bin Yazid bin Sinan adalah orang yang semasa atau sebelum bukhari.
2.        Musa bin Tsarwan
Sumber : Abu Abdillah Isma’il bin Ibrahim al-Ju’fi al-Bukhari, Kitab al-Tarikh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986 M/1407 H), jilid V, hlm. 381.
 Data :
Nama lengkap : Musa bin Tsarwan atau Musa bin Sarwan
Laqab/kunyah : al-‘Ijli
Lahir/wafat/kurun hidup :
Guru-gurunya     : Tholhah bin ‘Ubaidillah bin Kuraiz, dan Abu al-Mutawakkil
Murid-muridnya : ‘Umar bin Abi Wahb
Sejarah perlawatan mencari hadis :
Madzhab            :
Penilaian ulama  :
Informasi lain     : nama lain dari bapaknya adalah Tsarwan atau Farwan
Catatan peneliti   : kurun hidup rawi ini setidaknya pada masa sebelum atau sesudah al-Bukhari.
Hasil penelitian terhadap dua tokoh di atas, minim data yang diberikan untuk meyakinkan tentang ke-tsiqah-an seorang rawi yang memiliki peran penting dalam penelitian sanad hadis. Menurut Prof. Dr. Suryadi, M.Ag, kajian terhapat rijal hadis seharusnya melibatkan pendekatan historis. Pertama, bagaimana menentukan secara lebih pasti tentang kurun hidup seseorang yang dalam banyak kitab rijal tidak disebutkan tahun kurun hidupnya. Kedua, bagaimana melihat peran kitab-kitab rijal hadis yang muncul belakangan, yang memberikan data yang lebih lengkap dari rawi yang hidup beberapa abad sebelumnya.

C.       ANALISIS
1.    Kelebihan buku:
a.       Menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dipahami.
b.      Pengelompokan kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil, sehingga memudahkan para pengkaji hadis dalam meneliti hadis.
c.       Menawarkan metode baru terhadap rijal hadis yaitu metode historis.
2.    Kekurangan buku :
a.       Melakukan pengulangan bahasa.
b.      Mengemukakan perbandingan kritikus yang hasilnya tidak jauh berbeda.
c.       Belum bisa menjawab problematika Ilmu Rijalil Hadis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar