Penayangan

Minggu, 02 Oktober 2016

KEBUDAYAAN, AGAMA, DAN MASYARAKAT



Nama  : Asep Saeful Anwar
Nim     : 14530061
Makul : Sosiologi Dan Antropologi Agama
Kelas   : B
Dosen Pengampu : Ahmad Salehudin, S.Th.I., M.A

TUGAS MINGGUAN KE-1
KEBUDAYAAN, AGAMA, DAN MASYARAKAT
            Setiap masyarakat manusia adalah suatu usaha pembangunan dunia. Masyarakat adalah suatu fenomena dialektik, yakni masyarakat adalah suatu produk manusia yang akan selalu memberi tindak-balik kepada produsernya. Proses dialektik fundamental dari masyarakat terdiri dari tiga momentum, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Melalui eksternalisasi, masyarakat adalah produk manusia. Melalui obyektivasi, masyarakat menjadi suatu realitas sui generis, unik. Melalui internalisasi, manusia adalah produk masyarakat. Masyarakat tidak hanya merupakan hasil dari kebudayaan, tetapi merupakan kondisi yang diharuskan bagi kebudayaan itu. Masyarakat adalah produk dari manusia, berakar dalam fenomena eksternalisasi yang pada gilirannya didasarkan pada konstruksi biologis manusia itu. Eksistensi manusia itu pada pokoknya dan akhirnya adalah aktivitas yang mengeksternalisasi.
            Pemahaman tentang antropologi selalu mengalami perubahan. Antropologi bermula pada abad XIX sebagai penelitian terhadap asal usul manusia. Para antropolog dan intelektual awal yaitu abad XIX adalah evolusionis. Durkheim mengkritik definisi-definisi agama lain yang mendefinisikkan agama sebagai keyakinan pada supranatural atau keyakinan pada Tuhan atau Zat yang spiritual. Menurut Durkheim, definisi agama adalah kesatuan sistem keyakinan dan praktik-praktik yang berhubungan dengan suatu yang sacred, yakni segala sesuatu yang terasingkan dan terlarang. Malinowski adalah seorang fungsionalis. Menurut dia fungsionalis adalah gagasan bahwa masyarakat dilihat sebagai suatu totalitas fungsional, seluruh adat ebiasaan, dan praktik harus difahami dalam totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat funfsinya bagi anggota masyaraat tersebut. Malinowski menjelaskan agama dan ilmu melalui teori fungsionalis tentang kebutuhan manusia. Dalam pandangan funsionalisme struktural, agama dilihat sebagai perekat masyarakat, agama dianalisis guna menunjukkan bagaimana agama berkontribusi dalam mempertahankan struktur sosial atau suatu kelompok.
            Pendekatan sosiologis adalah interaksi antara agama dan masyarakat. Aguste Comte dan Henri Saint-Simon dianggap sebagai pendiri sosiologi. Dalam tradisi sosiologi Prancis yang tengah berkembang disamping Comte, Emile Durkheim juga menawarkan ulasan evolusioner tentang masyarakat manusia. Fokus sosiologi agama Durkheim adalah fungsi yang dimainkan agama dalam menjembatani ketegangan dan dalam menghasilkan solidaritas sosial. Karya Durkheim memiliki pengaruh besar terhadap sosiologi agama yang dapat dilihat melalui versi-versi tertentu dari tesis sekularisasi, dalam pendekatan Robert Bellah terhadap agama sipil dan nilai-nilai moral di Amerika Utara kontemporer dan dalam karya Bryan Wilson yang membahas mengenai fungsi agama. Karl Marx seperti juga Durkheim menganggap agama sebagai produk sosial dan sebagai agen keteraturan sosial dalam masyarakat pramodern. Penggagas perspektif interaksionis dalam sosiologi dan studi-studi agama adalah seorang sosiolog Jerman, Max Weber. Ia berpendapat bahwa agama bukan semata-mata produk sosial, atau sekedar sebagai wujud kemampuan manusia untuk menciptakan masyarakat, melainkan lebih merupakan sumber ide dan praktik yang mentransendenkan dunia sosial yang imanen dan oleh karena itu, dapat menimbulkan akibat terhadap dunia sosial dengan cara independen dan tidak dapat diramalkan.
            Karakteristik dasar pendekatan sosiologis meliputi empat hal, yaitu:
1.        Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
2.        Kategori biososial, seperti seks, gender, perkawinan, keluarga masa kanak-kanak, dan usia.
3.        Pola organisasi sosial meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran, dan birokrasi.
4.        Proses sosial, seperti formasi batas, relasi inter group, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi. 

 sumber:

1.      Berger, 1991, Langit Suci, h. 3-35.
2.      Peter Canoly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, h. 15-59 dan 271-313.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar