Penayangan

Senin, 07 Maret 2016

RINGKASAN BAB 3 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM



Asep Saeful Anwar (14530061) Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir kelas C
RINGKASAN BAB 3 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM
A.      Hakikat Penelitian Tematik
Dalam riset tematik, ada asumsi dasar bahwa al-Qur’an itu ayat-ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan rantai  berikutnya terkait terkelindan. Para ulama berpendapat bahwa ayat-ayat al-Qur’an itu sebagiannya menafsirkan ayat-ayat yang lain.  Jika dalam metode tahlili, para mufassir cenderung mengupas ayat-ayat secara parsial, maka tidak demikian halnya dalam model penelitian tematik, yang mana seorang mufassir atau peneliti, hanya akan membicarakan aspek yang memang terkait dengan tema yang dikaji. tujuan penafsiran dari kajian tematik adalah mengungkap konsep atau gagasan qur’ani (qur’anic idea) secara utuh atau holistik sebagai jawaban terkait dengan tema yang dikaji.
B.       Macam-macam Riset Tematik
1.      Tematik surat, yaitu model kajian tematik dengan meneliti surat-surat tertentu.
2.      Tematik term, yaitu model kajian tematik yang secara khususmeneliti term (istilah-istilah) tertentu dalam al-Qur’an.
3.      Tematik konseptual, yaitu riset ada konsep-konsep tertentu yang secara eksplisit tidak disebut dalam al-Qur’an, tetapi secara substansial ide tentang konsep  tersebut ada dalam al-Qur’an.
4.      Tematik tokoh, yaitu kajian tematik yang dilakukan melalui tokoh.
C.       Langkah-langkah Metodis
Diantara tokoh penafsir kontemporer yang mendukung gagasan model penelitian tematik adalah Hasan Hanafi. Metode tematik ala Hasan Hanafi yang ia sebut sebagai (rulers of thematic interpretation) dapat diringkas sebagai berikut: pertama, socio-political commitment, yaitu seorang mufassir harus secara sadar mengetahui dan merumuskan komitmennya terhadap problem sosial politik tertentu. Kedua, looking for something, yaitu seorang mufassir perlu bercermin pada proses lahirnya teks al-Qur’an yang didahului oleh realitas, dan ia harus merumuskan tujuannya. Ketiga, synopsis of the verses concerning one theme, yaitu dari rumusan komitmen dan tujuannya, barulah seorang mufassir dapat menginventarisasikan ayat-ayat terkait dengan tema yang menjadi komitmennya. Keempat, classification of the linguistic form, yaitu melakukan klasifikasi bentuk-bentuk bahasa. Kelima, building the structure, yaitu membangun struktur makna yang tepat dengan sasaran yang dituju,  sehingga makna dan objek yang dituju menjadi satu kesatuan. Keenam, analyzing the factual situation, yaitu analisis terhadap problem faktual dalam situasi empirik (realitas) yang dihadapi penafsir. Ketujuh, comparation between the ideal and the real. Yaitu membandingkan struktur ideal sebagai hasil deduksi teks dengan problem faktual yang diinduksikan dari realitas empirik melalui perhitungan statistik dan ilmu sosial. Kedelapan, description of the mode of action, yaitu menggambarkan rumusan praktis sebagai langkah akhir proses penafsiran yang transformatif. 

RINGKASAN BAB 2 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM



Asep Saeful Anwar (14530061) Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir kelas C
RINGKASAN BAB 2 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM

Penelitian tokoh tafsir sering disebut juga dengan istilah penelitian riwayat hidup individu. Studi tokoh merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang sering dilakukan untuk menyelesaikan studi dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi. Hakikat studi tokoh adalah studi kajian secara mendalam sistematis, kritis mengenai sejarah tokoh, ide atau gagasan orisinil, serta konteks sosio-historis yang melingkupi tokoh yang dikaji. Salah satu  model hasil riset kajian tokoh-tokoh penafsir adalah al-Tafsir wal Mufassirun, karya Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi. Salah satu problem dalam kajian tokoh yang dilakukan oleh mahasiswa adalah problem metodologis.
Tujuan penelitian tokoh mufassir secara spesifik ada tiga, yaitu: pertama, untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang peresepsi, motivasi, aspirasi, dan “ambisi” dan bahkan prestasi sang tokoh tentang bidang yang digeluti. Kedua, untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan objektif tentang teknik dan strategi yang digunakan dalam melaksanakan bidang yang digeluti. Ketiga, untuk menunjukkan orisinalitas pemikiran, sisi-sisi kelebihan dan kelemahan sang tokoh yang dikaji berdasarkan ukuran-ukuran tertentu, sehingga kita dapat memberikan nilai kontributif secara akademik untuk kajian-kajian berikutnya.
Pertimbangan dalam penelitian tokoh ada enam, yaitu: popularitas, pengaruh, kontroversial, keunikan, intensitas, serta relevansi dan kontribusi. Objek kajian tokoh adalah mencermati bagaimana asumsi dasar, sumber-sumber pemikirannya, termasuk akar-akar pemikiran tokoh tersebut. Menganalisa bagaimana konteks kepengarangan, menyangkut situasi konteks sosio-historis dan geo-politik saat gagasan itu dituangkan. Tidak kalah penting yaitu aspek metodologi, implikasi-implikasi pemikiran tersebut dalam konteks kekinian, aspek orisinilitas, dan keunggulan serta kekurangan pemikiran sang tokoh tersebut.
Secara sederhana metodologi dalam penelitian tokoh ada enam, yaitu: menentukan tokoh yang dikaji, menentukan objek formal yang hendak dikaji secara tegas dan eksplisit dalam judul riset, mengumpulkan data-data yang terkait dengan tokoh yang dikaji dan isu pemikiran yang hendak diteliti, melakukan identifikasi tentang elemen-elemen bangunan pemikiran tokoh tersebut, melakukan analisis dan kritik terhadap pemikiran sang tokoh yang hendak diteliti dengan mengemukakan keunggulan dan kekurangannya dengan argumentasi yang memadai dan bukti-bukti yang kuat, dan melakukan penyimpulan sebagai jawaban atas problem riset yang dikemukakan dalam proposal.
Aplikasi model penelitian tokoh dalam buku ini mengangkat contoh proposal penelitian tokoh yang berjudul “Teori Naskh Mahmud Muhammad Thaha Dan Implikasinya Dalam Penafsiran Al-Qur’an”. Di dalamnya berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.


RINGKASAN BAB 1 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM



Asep Saeful Anwar (14530061) Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir kelas C
RIVEW BAB 1 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM
A.      Hakikat Penelitian Ilmiah
Hakikat penelitian ilmiah (al-bahts al-‘ilmi) adalah sebuah proses kerja ilmiah yang dilakukan secara sistematik, dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu, serta analisis yang mendalam untuk menyingkap sebuah fenomena, mengetahui hubungan antara fenomena dan mencermati kaitan satu dengan lainnya, atau menjawab suatu problem akademik yang menjadi rumusan pokok penelitian.
B.       Ciri Khas Penelitian Ilmiah
Di dalam buku ini ada dua ciri khas penelitian ilmiah, yaitu harus bersifat obyektif dan metodologis. Seorang peneliti yang baik harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: 1) syarat akademis, antara lain: mempunyai bekal pengetahuan yang cukup untuk isu riset yang hendak dilakukan, mampu mencarikan sumber asli dalam riset dan sumber sekundernya, mampu berpikir sistematis, logis, kritis, dan mampu berpikir obyektif. 2) syarat etis yang antara lain: ikhlas, jujur, amanah, sabar, memiliki tanggung jawab akademis, dan teliti serta cermat.
C.       Tafsir, Metode Tafsir dan Metode Penelitian Tafsir
Perbedaan istilah tersebut terkait dengan urgensinya dalam melakukan riset adalah sebagai berikut: Pertama, tafsir dalam konteks riset ini adalah sebuah produk penafsiran dari seorang mufassir mengenai pemahaman suatu ayat, atau beberapa ayat dalam al-Qur’an, dengan metode atau pendekatan tertentu, sehingga makna-makna ayat yang masih samar, global, atau hal-hal yang terkesan kontradiktif menjadi lebih jelas dan rinci. Kedua, metode tafsir, yang dimaksud metode dalam hal ini adalah metode penyajian tafsir, yaitu metode tafsit ijtimali, metode tafsir tahlili, metode tafsir muqarin, dan metode tafsir mawdlu’i. Ketiga, metode penelitian tafsir adalah cara yang dipakai peneliti dalam melakukan riset terhadap kitab-kitab tafsir. Penelitian tafsir sesungguhnya adalah riset terhadap riset yang telah dilakukan seorang penafsir yang menafsirkan al-Qur’an. Singkatnya, dilihat dari cakupannya, penelitian al-Qur’an lebih luas katimbang penelitian tafsir.
D.      Tujuan penelitian Al-Qur’an dan Tafsir
Yaitu untuk mencari kejelasan, untuk mengkritik pemikiran tokoh penafsir tertentu, untuk menegaskan suatu teori, untuk menemukan teori baru, dan untuk mengkomparasikan satu pemikiran dengan pemikiran yang lain.
E.       Ranah Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir
Amin al-Khuli dalam kitabnya manahij tajdid memetakan kajian al-Qur’an menjadi dua kategori besar, yaitu kajian tentang apa yang ada dalam al-Qur’an itu sendiri dan kajian di seputar al-Qur’an. Dari pemetaan dua kategori besar tersebut Dr. H. Abdul Mustaqim dalam bukunya “Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir” memetakan kajian al-Qur’an dan tafsir dengan teori aksentuatif menjadi enam ranah, yaitu penelitian tematik, penelitian tokoh, penelitian kawasan, penelitian living qur’an, penelitian makhtuthat melalui pendekatan filologi yang fokusnya pada kajian manuskrip yang belum dipublikasikan, dan penelitian komparatif.