Asep
Saeful Anwar (14530061) Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir kelas C
RINGKASAN BAB 3 BUKU METODOLOGI PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR
KARYA DR. H. ABDUL MUSTAQIM
A.
Hakikat
Penelitian Tematik
Dalam
riset tematik, ada asumsi dasar bahwa al-Qur’an itu ayat-ayatnya ibarat untaian
kalung emas, yang satu rantai dengan rantai
berikutnya terkait terkelindan. Para ulama berpendapat bahwa ayat-ayat
al-Qur’an itu sebagiannya menafsirkan ayat-ayat yang lain. Jika dalam metode tahlili, para
mufassir cenderung mengupas ayat-ayat secara parsial, maka tidak demikian
halnya dalam model penelitian tematik, yang mana seorang mufassir atau
peneliti, hanya akan membicarakan aspek yang memang terkait dengan tema yang
dikaji. tujuan penafsiran dari kajian tematik adalah mengungkap konsep atau
gagasan qur’ani (qur’anic idea) secara utuh atau holistik sebagai
jawaban terkait dengan tema yang dikaji.
B.
Macam-macam
Riset Tematik
1.
Tematik
surat, yaitu model kajian tematik dengan meneliti surat-surat tertentu.
2.
Tematik
term, yaitu model kajian tematik yang secara khususmeneliti term
(istilah-istilah) tertentu dalam al-Qur’an.
3.
Tematik
konseptual, yaitu riset ada konsep-konsep tertentu yang secara eksplisit tidak
disebut dalam al-Qur’an, tetapi secara substansial ide tentang konsep tersebut ada dalam al-Qur’an.
4.
Tematik
tokoh, yaitu kajian tematik yang dilakukan melalui tokoh.
C.
Langkah-langkah
Metodis
Diantara
tokoh penafsir kontemporer yang mendukung gagasan model penelitian tematik
adalah Hasan Hanafi. Metode tematik ala Hasan Hanafi yang ia sebut sebagai (rulers
of thematic interpretation) dapat diringkas sebagai berikut: pertama, socio-political
commitment, yaitu seorang mufassir harus secara sadar mengetahui dan
merumuskan komitmennya terhadap problem sosial politik tertentu. Kedua, looking
for something, yaitu seorang mufassir perlu bercermin pada proses lahirnya
teks al-Qur’an yang didahului oleh realitas, dan ia harus merumuskan tujuannya.
Ketiga, synopsis of the verses concerning one theme, yaitu dari rumusan
komitmen dan tujuannya, barulah seorang mufassir dapat menginventarisasikan
ayat-ayat terkait dengan tema yang menjadi komitmennya. Keempat,
classification of the linguistic form, yaitu melakukan klasifikasi
bentuk-bentuk bahasa. Kelima, building the structure, yaitu membangun
struktur makna yang tepat dengan sasaran yang dituju, sehingga makna dan objek yang dituju menjadi
satu kesatuan. Keenam, analyzing the factual situation, yaitu analisis
terhadap problem faktual dalam situasi empirik (realitas) yang dihadapi
penafsir. Ketujuh, comparation between the ideal and the real. Yaitu
membandingkan struktur ideal sebagai hasil deduksi teks dengan problem faktual
yang diinduksikan dari realitas empirik melalui perhitungan statistik dan ilmu
sosial. Kedelapan, description of the mode of action, yaitu
menggambarkan rumusan praktis sebagai langkah akhir proses penafsiran yang
transformatif.