REVIEW BUKU
METODOLOGI ILMU RIJALIL HADIS Karya
Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
Disusun Guna Mamenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Rijalil Hadis
Dosen
Pengampu: Ali Imran
![]() |
Disusun oleh:
Asep Saeful Anwar (14530061)
JURUSAN ILMU
Al-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
RIVEW BUKU
A.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku :
Metodologi Ilmu Rijalil Hadis
Penulis :
Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
ISBN :
977-9555-86-8
Penerbit :
TH-Press
Editor /Penyelaras Kata : Dr. Nurun Najwah, M.Ag.
Desain cover :
Al-Gendon
Tahun terbit :
2012
Tebal buku :
136 Halaman
B.
RINGKASAN ISI BUKU
BAB I
SEKITAR ILMU RIJALIL HADIS
1.
Sekitar
Bahasan Ilmu Rijalil Hadis
Kodifikasi hadis secara resmi
dirintis pada masa khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (w.110 H/720 M) melalui
usaha keras ulama Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (w. 124 H/ 742 M).
Pentingnya problem orisinalitas hadis telah memotivasi para ulama hadis untuk
melahirkan ilmu yang berkaitan dengan sanad, yakni Ilmu Rijalil Hadis
dan ilmu ‘Ilalil Hadis.
Ilmu Rijalil Hadis secara spesifik
mengelupas keberadaan para rijal hadis. Ilmu Rijalil Hadis memiliki dua
anak cabang, yakni Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa
at-Ta’dil.
Di antara kitab-kitab Rijalil
Hadis yang sampai kepada kita, ada yang membahas secara khusus hanya memuat
rawi-rawi dalam kitab hadis tertentu, seperti Rijaluhu Shahih Muslim
karya Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali al-Asfahani (w. 428 H) dll. Ada yang secara
khusus memuat rawi Kutub as-Sittah, seperti Tahdzib al-Kamal
karya al-Mizzi dll. Ada pula yang khusus membahas rawi yang tsiqah, seperti Kitab
ats-Tsiqqat karya al-‘Ijli dll. Dan ada pula yang secara spesifik memuat
para rawi yang lemah atau masih diperselisihkan dan diperbincangkan
kualitasnya, seperti Kitab adl-Dlu’afa’ karya al-‘Uqaili dll.
Dalam
hal ini, ada perbedaan urutan kitab-kitab Rijalil Hadis. Ada yang
disusun berdasarkan urutan periode semisal Thabaqt al-Kubra karya Ibn Sa’ad dan
Tadzkirah al-Huffadh karya adz-Dzahabi, namun mayoritas kitab-kitab Rijalil
Hadis disusun berdasarkan kitab mu’jam atau urutan alfabetis.
2.
Urgensi
Dan Problematika Ilmu Rijal Hadis
Secara eksplisit, kritik hadis selalu diarahkan pada kritik sanad
dan kritik matan. Pada kritik sanad, kajian difokuskan pada kualitas para
perawi dan metode periwayatan yang digunakan. Terorientasinya Ilmu Rijalil
Hadis menjadikan kajian historis menjadi sangat penting bagi ilmu ini. Sebagai produk historisitas yang terkait spatio-temporal
tertentu, Ilmu Rijalil Hadis yang menjadikan manusia sebagai subyek dan
sekaligus obyeknya harus dapat memaparkan bahasan dan temuannya dalam skala intersubyektif.
Dengan menjadikan kitab-kitab Rijalil Hadis sebagai acuan,
memunculkan banyak persoalan. Mungkinkah seorang ahli hadis dapat memahami
secara menyeluruh terhadap puluhan ribu rawi. Persoalan yang lain adalah
perbedaan metode yang digunakan para perawi dalam menulis karyanya. Ada yang
disusun berdasarkan abjab, ada yang berdasarkan thabaqah, dan ada yang didasarkan berdasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu. Kondisi ini menyulitkan pengkaji ‘Ulumul Hadis,
karena harus merujuk sebanyak mungkin kitab-kitab dengan berbagai metodenya
untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin.
Sebenarnya, diskursus yang lebih penting adalah lebih
pada realitas keberadaan kritikus bagaimana kondisi sosiokulturalnya, adakah
persoalan pribadi antara kritikus dan perawi, apa spesialisasi kritikus, atas
dasar parameter apa kritikus melakukan aktivitas penilaian, metode apa yang
digunakan kritikus dalam mengumpulkan data dan menilai para perawi serta dapat tidaknya penilaian kritikus diterima
secara akademis terhadap rawi yang dikritiknya. Problematika inilah yang
seharusnya terkuak dalam kajian Ilmu
Rijalil Hadis.
BAB II
ILMU TARIKH AR-RUWAH
1.
Pengertian
Secara etimologis, Tarikh ar-Ruwah berasal dari dua kata
yaitu tarikh (sejarah) dan ar-ruwah jama’ dari ar-rawi
(perawi). Sedangkan secara terminologis, Ilmu Tarikh ar-Ruwah adalah
ilmu yang membahas rawi-rawi hadis, dari aspek yang berkaitan dengan
periwayatan mereka terhadap hadis. Ilmu ini memfokuskan diri mengkaji sejarah
perjalanan hidup rawi yang terkait dalam perlawatan dan periwayatan hadis. Yang
menjadi fokus kajian Ilmu Tarikh ar-Rijal adalah semua rawi baik dari kalangan
sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in sampai mukharrij hadis.
2.
Sejarah Perkembangan Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Sejarah pertumbuhan Ilmu Tarikh ar-Ruwah seiring
dan sejalan dengan sejarah pertumbuhan dan perkembangan periwayatan hadis.
Ulama hadis mengkhususkan diri dan meluangkan waktu untuk berlanglang buana dalam
keterkaitannya dengan input sekitar rawi, umur, kediaman, pendengaran
hadis dari para gurunya, perlawatannya rawi ke berbagai tempat, kecenderungan
madzhab rawi, dan kredibilitas para rawi. Tarikh merupakan salah satu
sarana untuk menolak dan melawan segala bentuk kedustaan atas Nabi SAW.
Tarikh ar-Ruwah berbeda dengan buku biografi. Buku biografi
mencatat sejarah perjalanan seseorang dari masa kecil sampai akhir waktu
biografi tersebut ditulis. Mencatat secara rinci dan memotret perkembangan
fisik dan perkembangan pemikiran dan sebagainya. Sedangkan tarikh ar-ruwah,
lebih memfokuskan potret rawi sekitar keberadaannya dalam meriwayatkan hadis.
3.
Kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah
a.
Kitab-kitab Tarikh Sahabat
Lebih dari tiga puluh kitab yang telah
dikarang oleh para ulama untuk menerangkan secara spesifik rawi-rawi dari
kalangan sahabat. Diantaranya adalah kitab Ma’rifah man Nazala min
ash-Shahabah Sair al-Buldan karya Abu al-Hasan Ali Ibnu ‘Abdullah al-Madini
(w. 234 H). Kitab ini terdiri dari lima juz.
b.
Kitab-Kitab Tarikh Rawi Secara Umum
Sekitar sembilan puluh buah kitab yang
dikarang ulama dalam bidang ini. Ada yang dikarang denagan sistem tarikh,
seperti Tarikh ar-Ruwah karya Yahya Ibnu Ma’in (w. 233 H). Dan ada juga
yang ditulis dengan sistem thabaqah, seperti Ath-Thabaqah al-Kubra karya
Muhammad Ibn Sa’ad Ibn al-Mani’ (w. 230 H). Terdiri dari tiga belas jilid.
c.
Ditulis berdasar Nama-nama, Kunyah-kunyah,
Laqab-laqab, dan Nasab-nasab.
Sekitar tiga puluh buah kitab yang dikarang
ulama tentang nama-nama, kunyah-kunyah, laqab-laqab, dan nasab-nasab. Tentang
nama-nama, kunyah-kunyah, laqab-laqab di antaranya adalah Al-Asami wa
al-Kuna karya ‘Ali Ibn ‘Abdillah Ibn Ja’far al-Madini (w. 234 H). Terdiri
dari delapan juz. Dan tentang nasab-nasab, di antaranya adalah Ma Ittafaqa
min Asma’ al-Muhadditsin wa Ansabuhum Ghaira Anna fi Ba’dlihi Ziyadah Harf
Wahid karya Abu Bakr Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Tsabit al-Baghdadi (w. 463 H).
BAB III
ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL
1.
Pengertian
Menurut Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil adalah
ilmu yang membahas keadaan para rawi hadis dari segi diterima tau ditolaknya
periwayatan mereka.
2.
Sejarah Perkembangan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil
Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
periwayatan hadis, yakni semenjak masa rasulullah dan para sahabatnya.
Ulama-ulama yang sesudahnyalah yang melanjutkan uswah dan tradisi semacam itu.
3.
Kaedah-kaedah dan Tingkatan-tingkatan Lafadh al-Jarh
wa at-Ta’dil
a.
Kaedah-kaedah al-Jarh wa at-Ta’dil
1)
Penilaian ta’dil didahulukan atas
penilaian jarh.
2)
Penilaian jarh didahulukan atas
penilaian ta’dil.
3)
Apabila terjadi pertentangan antara kritikus
yang memuji dan mencela, maka dimenangkan kritikus yang memuji, kecuali jika
kritik yang mencela disertai dengan alasan.
4)
Apabila kritikus yang mencela itu lemah, maka
tidak diterima penilaian jarh-nya terhadap orang yang tsiqah.
5)
Penilaian jarh tidak diterima karena
danya kesamaran rawi yang dicela, kecuali setelah ada kepastian.
6)
Penilaian jarh yang muncul karena
permusuhan dalam masalah duniawi tidak perlu diperhitungkan.
b.
Tingkatan-tingkatan lafadh al-Jarh wa
at-Ta’dil
Dalam menentukan kapasitas potensi dan
kualitas rawi dengan jarh dan ta’dil, banyak lafadh yang
digunakan para kritikus. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah tingkatan al-Jarh
wa at-Ta’dil di kalangan ulama hadis. Konsekuensinya adalah:
1)
Adanya satu lafadh yang sama dimasukkan dalam
peringkat yang sama oleh beberapa ulama kritikus.
2)
Ada lafadh yang sama yang dikategorikan dalam
tingkat yang berbeda oleh para ulama hadis.
3)
Ada beberapa lafadh yang tidak dipergunakan
oleh ulama kritikus tertentu.
4.
Ktab-kitab al-Jarh wa at-Ta’dil
a.
Berdasar
Thabaqah
Kitab thabaqah merupakan kitab yang secara spesifik memuat
para rawi yang memiliki kesamaan dalam setiap tingkatannya.
1)
Ath-Thabaqah
al-Kubra karya Abu ‘Abdullah Muhammad bin
Sa’ad Katib al-Waqidi (w. 230 H). kitab ini menghimpun para rawi dari kalangan
sahabat, tabi’in, dan orang-orang setelahnya sampai pada masa beliau sendiri.
2)
Tadzkirah
al-Huffadh karya Abu ‘Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin ‘Utsman adz-Dzahabi (w. 748 H). kitab ini memuat catatan nama para
penilai keadilan perawi hadis dan orang-orang yang mereka nilai tsiqah, ataupun
dla’if.
b.
Berdasarkan
Rawi Secara Umum
1)
Kitab
at-Tarikh al-Kabir karya al-Bukhari. Kitab ini memuat 12.305 rawi.
2)
Kitab
al-Jarhu wa at-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim ar-Razi yang terdiri dari
delapan jilid.
c.
Berdasarkan
Rawi dalam Kitab Hadis Tertentu
1)
Al-Hidayah
wa al-Irsyad Fi Ma’rifah Ahli Tsiqah wa Saddad karya Abu Nashr Ahmad bin Muhammad al-Kalabadzi (w. 309 H).
2)
Rijalu
Shahihi Muslim karya Abu Bakr
Ahmad bin ‘Ali al-Asfahani atau dikenal dengan Ibnu Manjuyah (w. 428 H).
3)
Al-Jam’u
baina Rijal ash-Shahihaini karya Abu
al-Fadl Muhammad bin Thahir al-Muqaddasi yang terkenal dengan Ibnu al-Qirani
(w. 507 H).
4)
At-Ta’rif
bi ar-Rijal al-Muwaththa’ karya Muhammad
bin Yahya al-Hadda’ at-Tamimi (w. 416 H).
5)
Al-Kamal
fi Asma’ ar-Rijal karya
al-Hafidh ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi al-Jama’ili al-Hanbali (w.
600 H).
6)
Tahdzib al-Kamal
karya al-Hafidh Abu al-Hajjaj Yusuf bin az-Zaki al-Mizzi (w. 742 H).
7)
Ikmalu
Tahdzib al-Kamal karya al-Hfidh
‘Alaudin Muglathaya (w. 762 H).
d.
Berdasar
Kualitas Rawi
1)
Rawi-rawi
Tsiqah
a)
Kitab
ats-Tsiqat karya Abu al-Hasan Ahman bin ‘Abdullah bin Shalih al-‘Ijli
(w. 261 H).
b)
Kitab
ats-Tsiqat karya Muhammad bin Ahmad bin Hibban al-Busti (w. 354 H).
c)
Tarikh
Asma’ ats-Tsiqat min man Nuqila ‘anhum al-‘Ilmu karya ‘Umar bin Ahmad bin Syahin (w. 385 H).
2)
Rawi-rawi
dla’if
a)
Adl-Dlu’afa
al-Kabir karya al-Bukhari.
b)
Adl-Dlu’afa
ash-Shaghir karya
al-Bukhari.
c)
Adl-Dlu’afa
wa al-matrukun karya an-Nasa’i.
BAB IV
KAJIAN METODOLOGIS ILMU RIJALIL HADIS
1.
Metodologi
Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil
Dalam aktivitas Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa
at-Ta’dil para ulama hadis tidak menyebutkan dengan tegas metode yang
mereka pergunakan untuk mengumpulkan data dan menentukan kapasitas dan
kualitasnya, meskipun obyek dan arah penilaiannya jelas, yaitu rawi; dari segi
biografi, kualitas pribadi dan kapasitas keilmuanya. Oleh sebab itu, maka
penentu formulasi metode didasarkan atas produk aktivitas mereka dalam
mengumpulkan data rawi serta men-jarh dan men-ta’dil-nya.
Menurut Prof. Dr. Suryadi, M.Ag, metode dalam Ilmu Tarikh
ar-Ruwah dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil yang digunakan oeh ulama
hadis adalah metode komparasi.
Beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan keberadaan para
ahli hadis dengan metodenya dalam kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh
wa at-Ta’dil adalah :
a.
Terlalu
banyaknya rawi yang dikritik.
b.
Dalam
men-jarh dan men-ta’dil, kritikus tidak mengkhususkan diri pada
penilaian orang yang semasa.
c.
Minimnya
informasi dalam kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh wa at-Ta’dil menyulitkan
pengkaji hadis memverivikasi mana rawi yang dinilai kritikus disandarkan pada
kritikus lainnya, rawi mana yang dia nilai sendiri, karena banyak nama serupa
untuk waktu dan kurun yang berbeda.
2.
Analisis
Metodologis Ilmu Tarikh ar-Ruwah
a.
Al-Bukhari
dan Kitab at-Tarikh al-Kabir
Nama lengkap al-Bukhari adalah Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn
Ibrahim al-Ja’fi al-Bukhari (194-256 H). untuk mencari hadis beliau berlalang
buana ke Mesir, Iraq, Khurasan, dan Syam. Al-Bukhari berguru kepada lebih dari
1000 orang guru hadis dan mendengar lebih dari 100.000 hadis.
Kitab at-Tarikh al-Kabir memuat 12.305 biografi rawi yang telah
dicetak dan memakai nomor urut yang disusun dengan urutan mu’jam dengan
memperlihatkan urutan pertama dari nama perawi dan nana bapaknya.
b.
Metode
at-Tarikh al-Kabir
Al-Bukhari ketika menulis biografi rawi pada umumnya berupa nama
lengkap rawi serta silsilah rawi yang terkait dengannya dan terkadang ditambahi
dengan penilaian kualitas rawi yang bersangkutan.
c.
Ibnu
Hajar al-‘Asqalani dan al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah
Nama lengkap Syihab ad-Din Abi Fdl Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani.
Dilahirkan di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat 856 H.
Kitab al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah memuat 12.267 biografi rawi dari kalangan
sahabat dan merupakan hasil penyempurnaan dari kitab tarikh sahabat sebelumnya.
d.
Metode
al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah
1)
Dibandingkan
al-Bukhari muatan informasi yang diberikan dalam kitab al-Ishabah fi Tamyiz
ash-Shahabah relatif sama, yaknin dari aspek nama dan silsilah periwayatan.
2)
Dari
segi informasi tentang biografi rawi, kitab ini kurang memberikan informasi
yang berkaitan dengan riwayat gghidup rawi.
3)
Tidak
ada penjelasan secara menyeluruh perbedaan kualitas antara satu sahabat dengan
sahabat yang lain.
3.
Analisis
metodologis Ilmu al-jarh wa at-Ta’dil
Secara ontologis para kritikus menempatkan Ilmu al-Jarh wa
at-Ta’dil sebagai ilmu dengan bersikap kritis terhadap rawi perawi. Dalam
kajian Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil sikap kritis kritikus sangat terbuka
lebar, seandainya para kritikus mau konsisten tehadap ketentuan-ketentuan dan
standarisasi yang mereka buat sebelumnya. Menurut Prof. Dr. Suryadi, M.Ag bahwa
yang mendominasi wilayah ilmu-ilmu ke-islam-an ter masuk Ilmu al-Jarh wa
at-Ta’dil adalah epistemologi Bayani (dialektis) yang terkait pada teks.
Karena Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil ada pada dataran ilmu empiris manusia,
maka sudah selayaknya aktivitas keilmuan para kritikusnya harus didasarkan pada kaedah
keilmuan.
BAB V
APLIKASI
PENELITIAN RIJAL HADIS
Bab ini mengemukakan beberapa contoh penelitian terhadap rijal
hadis, tetapi penulis hanya akan mengemukakan satu contoh saja dari dua tokoh
yang dikemukakan dalam buku ini, yaitu Muhammad bin Yazid dan Musa bin Tsarwan.
Penelitian diarahkan untuk mengenali nama lengkap, laqab, kunyah, lahir,
wafat/kurun hidup, guru-guru dan murid-muridnya, sejarah perlawatan mencari
hadis, madzhab yang dianut, penialian ulama, informasi lain-lain, catatan
khusus.
1.
Muhammad
bin Yazid
Sumber : Abu Abdillah Isma’il bin Ibrahim al-Ju’fi al-Bukhari, Kitab
al-Tarikh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986 M/1407 H),
jilid I, hlm. 259-260.
Data :
Nama lengkap : Muhammad bin Yzid bin Sinan
Laqab/kunyah : al-Jazari
Lahir/wafat/kurun hidup :
Guru-gurunya :
Murid-muridnya :
Sejarah perlawatan mencari hadis :
Madzhab :
Penilaian ulama :
Informasi lain :
Catatan peneliti : bukhari
hanya memberikan sebatas informasi nama saja. Namun ada sedikit tambahan yaitu
bahwa Muhammad bin Yazid bin Sinan adalah orang yang semasa atau sebelum
bukhari.
2.
Musa
bin Tsarwan
Sumber : Abu Abdillah Isma’il bin Ibrahim al-Ju’fi al-Bukhari, Kitab
al-Tarikh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986 M/1407 H),
jilid V, hlm. 381.
Data :
Nama lengkap : Musa bin Tsarwan atau Musa bin Sarwan
Laqab/kunyah : al-‘Ijli
Lahir/wafat/kurun hidup :
Guru-gurunya : Tholhah
bin ‘Ubaidillah bin Kuraiz, dan Abu al-Mutawakkil
Murid-muridnya : ‘Umar bin Abi Wahb
Sejarah perlawatan mencari hadis :
Madzhab :
Penilaian ulama :
Informasi lain : nama
lain dari bapaknya adalah Tsarwan atau Farwan
Catatan peneliti : kurun
hidup rawi ini setidaknya pada masa sebelum atau sesudah al-Bukhari.
Hasil penelitian terhadap dua tokoh di atas, minim data yang
diberikan untuk meyakinkan tentang ke-tsiqah-an seorang rawi yang
memiliki peran penting dalam penelitian sanad hadis. Menurut Prof. Dr. Suryadi,
M.Ag, kajian terhapat rijal hadis seharusnya melibatkan pendekatan historis. Pertama,
bagaimana menentukan secara lebih pasti tentang kurun hidup seseorang yang
dalam banyak kitab rijal tidak disebutkan tahun kurun hidupnya. Kedua, bagaimana
melihat peran kitab-kitab rijal hadis yang muncul belakangan, yang memberikan
data yang lebih lengkap dari rawi yang hidup beberapa abad sebelumnya.
C.
ANALISIS
1. Kelebihan buku:
a. Menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dipahami.
b. Pengelompokan kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah dan al-Jarh wa
at-Ta’dil, sehingga memudahkan para pengkaji hadis dalam meneliti hadis.
c. Menawarkan metode baru terhadap rijal hadis yaitu metode historis.
2. Kekurangan buku :
a. Melakukan pengulangan bahasa.
b. Mengemukakan perbandingan kritikus yang hasilnya tidak jauh berbeda.
c. Belum bisa menjawab problematika Ilmu Rijalil Hadis.
